Selasa, 08 Februari 2011

Gambaran Orang Kafir

 Sering kita mendengar bahasa percakan sekelompok anak-muda ketika menyatakan sesuatu perbuatan jelek yang dilakukan temannya , maka dengan mudah akan mengatakan “ Kafir luh….! . Sebagai contoh ketika seseorang meninggalkan shalat , langsung disebut kafir. Apa sebenarnya kafir itu…? Sengaja kita membahas istilah ini, dengan harapan ketika kita menyatakan sesuatu, diiringi dengan tingkat pengertian yang jelas, sehingga dengan pengetahuan yang tajam akan akan membawa kepada tingkat kesadaran yang tinggi dalam menjalankan hidup. Banyak sekali istilah-itilah yang sering menghiasi dalam ucapan kita ketika berbicara. Namun berapa orang yang sadar akan apa yang diucapkannya itu……?, sehingga seperti contoh pada sekelompok anak muda tersebut diatas yang menganggap enteng mengucapkan sesuatu. Alhasil dapat dipastikan bahwa yang mengucapkan tanpa sadar apa yang diucapkannya maka akan melahirkan tindakan yang kurang bermakna.
1. Istilah Kafir.
Istilah Kafir ditemukan di Al-Quran, terutama dibahas detail pada Qs-AlBaqarah mulai ayat 5. Oleh karena itu sebagai acuannya kita akan merujuk kesana. Sebagai orang Islam kita meyakini sepenuhnya “ dzalikal kita bula raibafihi…” Inilah kitab Al-Quran yang isinya tidak diragukan lagi kebenarannya…., sebagai “hudan lilmuttaqin” yaitu sebagai pedoman yang mau berbuat patuh menurut yang demikian.
Istilah kafir, adalah lawan dari Iman. Maka kalau istilah iman sudah disepakati bahwa iman adalah hidup dengan ajaran Allah, maka yang kafir adalah hidup dengan ajaran selain dari ajaran Allah, yaitu dengan ajaran batil. Maka dalam Qur’an yang mau dengan Ajaran Allah, disebut Iman Haq dan yang tidak mau dengan ajaran Allah disebut Iman Batil. (Qs: Ankabut, ayat 51 “walaladzina aamanu bilbathili wakafaru billah ..” yaitu yang beriman dengan ajaran batil bersifat negative dengan ajaran Allah. Itulah yang disebut Kafir. Jadi Kafir, sama dengan bersifat negative dengan ajaran Allah. Orang yang demikian penjelasan Allah selanjutnya …adalah yang hidup rugi/perusak kehidupan dimana sajapun.
2. Ciri-ciri Orang kafir yang lain:
  1. Bersifat destruktif (perusak )
Ibarat sebuah timbangan alam ini, maka yang kafir ini merusak tatanan yang sudah setimbang. Sebagai contoh dalam alam ini diciptakan siang dan malam yang sudah setimbang dan manusia supaya setimbang diberi tugas dikala siang dan malam, namun sering kali melanggarnya. Tugas mu’min siang hari “sabhan thawilan” kesibukan berbuat mencari rizki bagaikan mau hidup seribu tahun lagi, namun sering kita malas, tidak bersemangat dalam kerja, buang-buang waktu…, ngobrol tak berguna dll. Begitu malam hari mestinya “warrattililQurana tartila…” yaitu mempelajari Ilmu Allah yaitu Qu’ran dengan semantap-matapnya bagaikan mau mati besok” Namun sayang belajar malam hari belum menjadi budaya, apalagi memenuhi disiplin waktu seperti Muhammad sampai 2/3 malam…, belum pernah dapat mengujudkan. Jangan-jangan mimpipun tidak untuk belajar sampai 2/3 malam (katakanlah 6 jam). Seperti saya pribadi.., selalu kelelahan kerja diwaktu siang maka pekerjaan siang dibawa ke malam hari. Batas kerja siang dan malam menjadi tidak jelas. Siapa disini yang jadi perusak….? Ya kita sendiri….! Tatanan seimbang telah di paparkan dengan gamblang, sebagai pedoman hidup setimbang.., atau jangan – jangan akibat tidak faham, menjadi tidak sadar sudah merusak namun tidak merasa demikian…! Astagfirullah hal Adziiiimmmmi…..!!! saya sering demikian.
  1. Berlaku Masa Bodoh….
Dalam Qs. Baqarah ayat 6 “ sawaa’un alaihin aanzartahum amlam tundzirhum layu’minun…” Bagi yang kafir sama saja , apakah diperingatkan atau tidak terhadap ancaman Allah , niscaya mereka itu tidak akan mau beriman” Rumusan dalam ayat ini…, menggambarkan bahwa mereka yang kafir berlaku masa bodo…terhadap berbagai peringatan Allah. Seperti kita telah menyaksikan beragam peristiwa dari mulai, gempa, banjir, tsunami, perang…., angin rebut dl , apakah dengan kejadian ini kita menjadi lebih beriman…? Pengertian iman disini bukan lagi sekedar lebih percaya dengan Tuhan…., bukan, bukan seperti itu yang dimaksud. Wilayah iman sudah menyangkut perbuatan, bukan sekedar wilayah hati. Jadi kalau memang tidak masa bodoh dengan peringatan Allah maka mestinya ada perubahan tindakan nyata yang mengarah lebih baik dari itu secara nyata. Fakta dilapangan, dengan beragam kejadian disekitar kita namun kehidupan tidak mengarah menjadi lebih baik secara nyata, akibat masa bodohnya manusia. Terutama seperti saya pribadi…, dengan alasan sifat manusia yang lupa, yang serba terbatas…, selalu mengulangi kesalahan yang sama. Mestinya seiring dengan bertambahnya usia, saya akan lebih peduli lagi…, lebih peduli…, hingga bermanfaat banyak dalam kehidupan. Kabulkanlah ya Allah…!
  1. Senang Berputar lidah
Maksud dari berputar lidah, adalah mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Disini digambarkan pada Qs: Al-Baqarah ayat 8 “ waminannasi manyaquulu…..” sebagian besar manusia menyatakan beriman (berbuat pas antara hati ucapan dan tindakan), padahal mereka bukanlah yang hidup demikian. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menyaksikan di televise misalnya, “ orang yang paling lantang menganjurkan supaya berantas korupsi, eh…., sebenarnya biangnya korupsi salah satunya yang mengatakan tadi “ inilah yang disebut berputar lidah. Begitu dengan saya pribadi….., sering tidak sadar menganjurkan ini dan itu…, tetapi saya sendiri belum mampu melakukannya…! Ya.. Tuhhaaaaan….., semua itu ada di diri saya….! Berilah hamba kesadaran…..!
3. Kapan lebel kafir melekat….?
Dalam hidup didunia ini adalah suatu proses yang terus-menerus, dari hari kehari kita diberi kesempatan untuk berubah menuju yang lebih baik. Tuhan tidak pernah memvonis sebelumnya kita ditakdirkan di Surga ataupun Neraka. Surga balasan bagi yang Iman dan Neraka balasan bagi yang kafir. Oleh karena itu , dikala kita melakukan kesalahan, belum tentu kita langsung kafir. Begitu sebaliknya dikala kita suatu saat berprestasi atau berguna tentu saja tidak langsung Serta merta surga. Diibaratkan sebuah garis dalam hiup yang tersusun dari titik-titik yang salang sambung-menyambung, dimana titik itu melambangkan jumlah tinakan yang kita lakukan. Maka jumlah yang dominan itulah yang nantinya menentukan Sorga atau Neraka. Hanya saja Allah telah memperingatkan kepada siapa saja yang , maka jika terus-menerus berbuat kesalahan nantinya akan menjadi semacam penyakit di Hati. Awalnya kita tidak menyadarinya . Namun kita akan menyesal setelah terjadi. Bahkan Allah akan melipatgandakan penyakitnya itu. “fiqulubihim maraadun fazadahumullahumaradha, walahum ‘adzabun alim…” setelah dilipatgandakan itulah yang biasanya disebut adzabun alim, yaitu suatu siksa yang amat pedih. Astaghfirullahaladziiiimmm……, Jauhkanlah ya Allah dengan Adzabmu yang maha pedih…! Amien…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar